Debur buta membatu
Ketika aku buka catatanku
Angin laut malam meloncat riang
Mengikuti gelombang
Bergerak mengusap kulitmu dan kening manismu
Kilau lampu temaram memercik mencari wajahmu
Melempar senyum dan tawa
Diantara alunan gembira
Malam yang selalu setia
Mengisi semua bait-bait dan cerita
Suaramu…
Kau menghadirkan suara ombak
Seperti sebuah dansa dan flamenco
Malam bagai tarian kecak, ribut berarak
Kau perlahan menutup cakrawala membawa bintang bintang
Dan butiran pasir dan debur laut
Yang hinggap tak terduga
Di mukaku dan lembar-lembar catatanku
Ketika aku buka catatanku
Debur ombak Jimbaran, hempas angin Kuta
buta membatu
lidah gelombang menghisap noda merah
dan logam seperti mesiu
sejenak gelap turun mengiringi dentuman
dan keramaian yang berserak
duka menelan semuanya, seperti jarak
seperti kedalaman laut, seperti batasnya waktu.
Suaramu ditelan debur ombak di udara
berserakan
Tak tau siapa yang memulai semua ini
Padamu semuanya tenggelam.
Melipat malam, menghalau bintang, membekap debur ombak
Membekukan desir angin laut
Membawamu pergi
debur ombak melilit tepi-tepi meja dan kursi
membawa pergi bekas-bekas dukanya
ke lautan lepas
tanpa batas
berharap tak kan kembali, seperti waktu
aku tetap berjalan,
seperti waktu
tetap mengingat pada malam itu
pada sebuah catatan
di tepi pantaimu
dan malam yang berubah
Oktober 2005
Thursday, October 30, 2008
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment